Friday, June 3, 2011

Zat – Zat Berbahaya yang Dikandung dalam Sebagian Kosmetik

Kosmetik sudah hampir menjadi kebutuhan primer bagi hampir seluruh lapisan masyarakat terutama para wanita. Kini, kosmetik pun telah beredar luas di pasaran sehingga kosmetik pun menjadi lahan perdagangan yang menguntungkan. Namun, banyak dari para produsen yang tidak mementingkan kesehatan para konsumen dengan menomorsekiankan kualitas. Artinya, banyak produk yang kini beredar luas di pasaran telah mengandung beberapa zat yang seharusnya dilarang digunakan untuk membuat sebuah kosmetik.
Kosmetik yang mengandung zat berbahaya tersebut memang akan memberikan hasil yang menakjubkan pada awal pemakaian dengan jangka waktu yang relatif cepat. Dan itulah yang disukai oleh para wanita. Mereka suka dengan segala sesuatu yang instan terhadap penampilannya tanpa memperdulikan efek yang ditimbulkan di kemudian hari.
Zat – zat berbahaya yang biasanya digunakan dalam kosmetik, yaitu (Azhara & Khasanah, 2009 : 44-52, 58–67) :
a. Dietilen glikol
Zat ini biasanya digunakan sebagai bahan pendingin mesin di daerah tropis. Glikol pada kosmetik digunakan untuk melembabkan agar kandungan kosmetik selalu basah dan tidak cepat mengering di udara bebas.
b. Mercury
Merkuri merupakan unsur yang sangat jarang dalam kerak bumi, dan relatif terkonsentrasi pada beberapa daerah vulkanik dan endapan-endapan mineral biji dari logam-logam berat.
Kosmetik yang mengandung mercury akan membuat wajah menjadi putih dalam seminggu, namun menyebabkan iritasi parah pada kulit, yakni berupa kulit yang kemerah-merahan dan menyebabkan kulit menjadi mengkilap secara tidak normal (Savitri, 2009).
c. Hydroquinone
Zat ini merupakan zat yang mudah larut dalam air dan biasanya digunakan dalam proses cuci cetak foto. Kemampuannya menghambat proses pembentukan melanin (zat pigmen kulit) menjadikannya sebagai bahan kosmetik yang populer, yakni untuk produk yang memutihkan kulit. Namun, beberapa penelitian menetapkan hydroquinone sebagai penyebab kanker.
d. Formalin
Pada dasarnya, formalin berfungsi sebagai pembasmi kuman (disinfektan) yang ditemukan pada tahun 1888. Kemampuan zat ini untuk membunuh kuman akhirnya disalahgunakan sebagai bahan pengawet makanan seperti tahu, mi basah, bakso, dan sebagainya. Namun, pada akhir – akhir ini para produsen kosmetik pun menggunakan formalin dalam pembuatan kosmetiknya.
e. Tretinoin / asam retinoat
Zat ini memiliki kemampuan untuk mengatur siklus hidup sel kulit, para produsen kosmetik anti-aging memanfaatkan zat kimia ini untuk memeperbaharui sel kulit yang telah berumur.
Namun, tretinoin dapat menyebabkan kulit menjadi gatal, memerah, terasa panas seperti terbakar. Namun, efek yang paling parah adalah terganggunya proses pembentukan protein pada tingkat DNA yang bisa berujung pada kelainan tubuh janin.
f. Surfaktan Teretoxilasi
Sekitar 90% dari produk berbusa pada perawatan tubuh menggunakan surfaktan anionik ini. Surfaktan biasanya digunakan pada pencuci mobil dan pembersih lantai.
g. Senyawa Polietilen Glikol (PEG)
Zat ini biasanya digunakan pada pembersih untuk memisahkan lemak. Apabila digunakan secara terus menerus, akan meneyebabkan penuaan dini.
h. Propilen / Butilen Glikol
Zat ini dapat mnyerap ke kulit dengan mudah dan bisa menyebabkan gangguan fungsi otak, hati, dan ginjal. Zat ini biasanya ditemukan pada deodorant.
i. Surfaktan Anionik
Zat ini biasanya digunakan pada pencuci mobil dan lantai, namun terkadang digunakan untuk produk berbusa pada perawatan tubuh.
j. Sodium Lauryl Sulfate (SLS) dan Ammonium Lauryl Sulfate
(ALS)
Zat ini biasanya ditemukan pada produk berbusa pada perawatan tubuh. Zat kimia ini dapat mengubah sistem imun dan menyebabkan kerusakan pada mata, sistem saraf, paru – paru, dan kulit.
k. DEA (Diethanolamine), MEA (Monoethanolamice), dan TEA
(Triethanolamine)
Zat ini dapat menyebabkan alergi, iritasi mata, kekeringan, dan bahkan bisa menjadi toksik jika digunakan dalam waktu yang lama.
l. Surfaktan Kationik
Zat ini pada umumnya digunakan pada kondisioner rambut sebagai zat antikusut. Zat ini dapat menyebabkan rambut menjadi kering dan rapuh dalam penggunaan jangka panjang.
m. Choromethylisothiazolinone dan Istohiazolinone
Kedua zat ini dapat merusak mata dan kulit. Akibat yang ditimbulkan dalam pemakaian jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan mata yang permanen dan luka bakar pada kulit serta dapat menyebabkan kerusakan pada paru – paru bila terhirup.
n. Stearalkonium Klorida
Awalnya, zat ini digunakan sebagai bahan untuk pelembut kain, namun kemudian zat ini sering ditemukan pada kondisioner rambut dan krim. Zat ini bersifat toksik dan menyebabkan alergi.
o. Formaldehida
Zat ini menyebabkan kanker. Namun, zat ini sering ditemukan dan dipakai pada produk kosmetik yang diperdagangkan.
p. Diazolidinyl Ureadan DMDM Hydantoin
Zat ini dapat menyebabkan radang kulit, luka bakar, iritasi, dan pengeluaran air mata.
q. Pengawet Paraben (Metil, Propil, Butil, dan Etil)
Zat ini sering digunakan pada formula kosmetik untuk mencegah pertumbuhan kuman dan memperpanjang ketahanan produk kosmetik (pengawet kosmetik). Zat ini dapat menyebabkan reaksi alergi dan ruam kulit.
r. Emolien dari silikon
Zat ini bekerja seperti pembungkus plastik yang melindungi bagian luar kulit, namun karena sifatnya sama dengan plastik, kulit tidak dapat melakukan fungsinya dengan baik. Zat ini dapat mengendap di hati dan memicu perkembangan tumor.
s. Toluen
Zat ini sangat berbahaya khusunya bila tereserap oleh kulit. Zat ini dapat mempengaruhi hati, ginjal, saraf, dan darah. Pemakaian berulang kali dapat menyebabkan pusing, mati rasa, bahkan dapat menyebabkan koma dan kematian.
t. Pigmen Warna FD dan C (Food, Drugs & Cosmetics)
Telah dilakukan uji coba pada zat ini pada seekor hewan, dan hasilnya zat ini dapat menyebabkan kanker.

Masih banyak zat – zat kimia lain yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu, namun zat – zat yang telah penulis sebutkan di atas adalah zat – zat umum yang biasanya ditemukan dalam kosmetik yang berbahaya.
Sebagian besar produk yang mengandung zat kimia tersebut memang tidak menunjukkan dampak negatifnya dalam waktu singkat. Namun, apabila sering dipakai dalam jangka panjang, dampak negatif yang terkandung akan mulai muncul (Azhara & Khasanah, 2009 : 52).

No comments:

Post a Comment